BERFIKIR KRITIS/CRITICAL THINKING
Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan
mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Critical berasal dari bahasa Grika yang berarti : bertanya, diskusi, memilih, menilai, membuat keputusan. Kritein yang berarti to choose, to decide. Krites berarti judge. Criterion (bahasa Inggris) yang berarti standar, aturan, atau metode. Critical thinking ditujukan pada situasi, rencana dan bahkan aturan-aturan yang terstandar dan mendahului dalam pembuatan keputusan (Mz. Kenzie).
Critical thinking yaitu investigasi terhadap tujuan guna
mengeksplorasi situasi, fenomena, pertanyaan atau masalah untuk menuju
pada hipotesa atau keputusan secara terintegrasi. Menurut Bandman (1998)
berfikir kritis adalah pengujian yang rasional terhadap ide-ide,
pengaruh, asumsi, prinsip-prinsip, argument, kesimpulan-kesimpulan,
isu-isu, pernyataan, keyakinan dan aktivitas. Pengujian ini berdasarkan
alasan ilmiah, pengambilan keputusan, dan kreativitas. Menurut Brunner dan Suddarth (1997), berpikir
kritis adalah proses kognitif atau mental yang mencakup penilaian dan
analisa rasional terhadap semua informasi dan ide yang ada serta
merumuskan kesimpulan dan keputusan.
Berpikir kritis digunakan perawat untuk beberapa alasan :- Mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
- Penerapan profesionalisme
- Pengetahuan tehnis dan keterampilan tehnis dalam memberi asuhan keperawatan.
- Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat dalam menuju keberhasilan dalam berbagai aktifitas
Berpikir kritis juga dapat dikatakan sebagai konsep dasar yang
terdiri dari konsep berpikir yang berhubungan dengan proses belajar dan
kritis itu sendiri berbagai sudut pandang selain itu juga membahas
tentang komponen berpikir kritis dalam keperawatan yang di dalamnya
dipelajari karakteristik, sikap dan standar berpikir kritis, analisis,
pertanyaan kritis, pengambilan keputusan dan kreatifitas dalam berpikir
kritis.
Freely mengidentifikasi bahwa berpikir kritis diperlukan guna
mengembangkan kemampuan analisa, kritis, dan ide advokasi. Freely
mengidentifikasi bahwa berpikir kritis menggunakan kemampuan deduktif
dan induktif, kemampuan mengambil keputusan yang tepat didasarkan pada
fakta dan keputusan yang dihasilkan melalui berpikir kritis
Beberapa tahun yang lalu keperawatan memutuskan bahwa berpikir kritis
dalam keperawatan penting untuk disosialisasikan. Meskipun ada
Literatur yang menjelaskan tentang berpikir kritis tetapi spesifikasi
berpikir kritis dalam keperawatan sangat terbatas. Tahun 1997 & 1998
penelitian menegaskan secara lengkap tentang berpikir kritis dalam
keperawatan.
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen dasar dalam
mempertanggungjawabkan profesi dan kualitas perawatan. Pemikir kritis
keperawatan menunjukkan kebiasaan mereka dalam berpikir, kepercayaan
diri, kreativitas, fleksibiltas, pemeriksaan penyebab (anamnesa),
integritas intelektual, intuisi, pola piker terbuka, pemeliharaan dan
refleksi. Pemikir kritis keperawatan mempraktekkan keterampilan kognitif
meliputi analisa, menerapkan standar, prioritas, penggalian data,
rasional tindakan, prediksi, dan sesuai dengan ilmu pengetahuan.
Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan
keterlibatan kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang
kita miliki, kita menjadi lebih mampu untuk membentuk asumsi, ide-ide
dan membuat kesimpulan yang valid, semua proses tersebut tidak terlepas
dari sebuah proses berpikir dan belajar.
Keterampilan kognitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi
memerlukan disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi,
tantangan dan dukungan.
Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan
pada pikiran rasional dan cermat menjadi pemikir kritis adalah
denominator umum untuk pengetahuan yang menjadi contoh dalam pemikiran
yang disiplin dan mandiri.
Berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang melatih
kemampuan dalam mengevaluasikan atau melakukan penilaian secara cermat
tentang tepat tidaknya atau layak tidaknya suatu gagasan. Berpikir
kritis merupakan suatu proses berpikir (kognitif) yang mencakup
penilaian analisa secara rasional tentang semua informasi, masukan,
pendapat, dan ide yang ada, kemudian merumuskan kesimpulan.
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep.
Sedangkan konsep adalah fenomena atau pandangan mental tentang realitas,
pikiran-pikiran tentang kejadian, objek, atribut, dan sejenisnya.
Dengan demikian konseptualisasi merupakan pikiran abstrak yang
digeneralisasi secara otomatis menjadi simbol-simbol dan disimpan dalam
otak.
Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai dasar kuat dari fakta fenomena nyata.
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau
persepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan tetapi akan menyediakan
waktu untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya berdasarkan disiplin
ilmu, fakta dan kejadian.
Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil pemikir kritis
akan selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau
lebih buruk dibanding yang lain.
Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif
menerima pemikiran dan keyakinan orang lain menganalisis semua isu,
memutuskan secara benar dan dapat dipercaya.
Yaitu mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah dan kurang menguntungkan menjadi benar dan lebih baik.
Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan
kesimpulan, mencipta suatu pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan
yang akan diambil.
Wade (1995) mengidentifikasi delapan kerakteristik berpikir kritis, yakni meliputi:- Kegiatan merumuskan pertanyaan
- Membatasi permasalahan
- Menguji data-data
- Menganalisis berbagai pendapat
- Menghindari pertimbangan yang sangat emosional
- Menghindari penyederhanaan berlebihan
- Mempertimbangkan berbagai interpretasi
- Mentolerasi ambiguitas
Sebelum melanjutkan lebih jauh, kita perlu mencoba untuk menemukan
jalan yang membantu pelajar pemula untuk belajar tentang berpikir kritis
dan termasuk perkembangan model berpikir kritis yang menjadi pokok
bahasan. Banyak klasifikasi berpikir yang ditemukan di literature. Costa
and Colleagues (1985). Menurut Costa and Colleagues klasifikasi
berpikir dikenal sebagai “The Six Rs” yaitu :
- Remembering (Mengingat)
- Repeating (Mengulang)
- Reasoning (Memberi Alasan/rasional)
- Reorganizing (Reorganisasi)
- Relating (Berhubungan)
- Reflecting (Memantulkan/merenungkan)
Meskipun The Six Rs sangat berguna namun tidak semuanya cocok
dengan dalam keperawatan. Kemudian Perkumpulan Keperawatan mencoba
mengembangkan gambaran berpikir dan mengklasifikasikan menjadi 5 model
disebut T.H.I.N.K. yaitu: Total Recall, Habits, Inquiry, New Ideas and Creativity, Knowing How You Think.
Sebelum mempelajari lebih jauh tentang Model T.H.I.N.K., kita perlu
untuk mempelajari asumsi yang menggarisbawahi pendekatan lima model
tersebut. Asumsi berpikir kritis adalah komponen dasar yang meliputi
pikiran, perasaan dan berkerja bersama dengan keperawatan. Ada beberapa
asumsi tentang berpikir kritis, yaitu sebagai berikut.
Asumsi pertama adalah berpikir, merasa, dan keahlian
mengerjakan seluruh komponen esensial dalam keperawatan dengan bekerja
sama dan saling berhubungan. Berfikir kritis melibatkan pikiran,
perasaan, dan bekerja yang ketiganya merupakan keseluruhan komponen
penting bagi perawat profesional yang berkerja bersama-sama berpikir
tanpa bekerja adalah sia-sia, bekerja tanpa perasaan adalah hal yang
sangat tidak mungkin, pengenalan nilai-nilai keterkaitan antara pikiran,
perasaan, dan berkerja merupakan tahap penting dalam memulai praktik
profesional.
Berpikir tanpa mengerjakan adalah suatu kesia-siaan. Mengerjakan
sesuatu tanpa berpikir adalah membahayakan. Dan berpikir atau
mengerjakan sesuatu tanpa perasaan adalah sesuatu yang tidak mungkin.
Perasaan, diketahui sebagai status afektive yang mempengaruhi berpikir
dan mengerjakan dan harus dipertimbangkan saat belajar berpikir dan
menyimpulkan sesuatu. Pengakuan atas 3 hal (Thinking, Feeling, and Doing) mengawali langkah praktek professional ke depan.
Asumsi yang kedua mengakui bahwa berpikir, merasakan, dan
mengerjakan tidak bisa dipisahkan dari kenyataan praktek keperawatan.
Hal ini dapat dipelajari dengan mendiskusikan secara terpisah mengenai
ketiga hal tersebut. Meliputi belajar mengidentifikasi, menilai dan
mempercepat kekuatan perkembangan dalam berpikir, merasa dan mengerjakan
sesuai praktek keperawatan.
Berpikir kritis memerlukan pengetahuan, walaupun pikiran, perasaan,
dan bekerja adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam keadaan
nyata pada praktek keperawatan, tetapi dapat dipisahkan menjadi
bagian-bagian untuk proses pembelajaran.
Asumsi yang ketiga bahwa perawat dan perawat pelajar bukan
papan kosong, mereka dalam dunia keperawatan dengan berbagai macam
keahlian berpikir. Model yang membuat berpikir kritis dalam keperawatan
meningkat. Oleh karena itu bukan merupakan suatu kesungguhan yang asing
jika mereka menggunakan model sama yang digunakan setiap hari. Berpikir
kritis dalam keperawatan bukan sesuatu yang asing, karena sebenarnya
terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Asumsi yang keempat yang mempertinggi berpikir adalah sengaja
berbuat sesuai dengan pikiran dan yang sudah dipelajari. Berpikir kritis
dapat dipelajari melalui bacaan. Para pembaca dapat belajar bagaimana
cara meningkatkan kemampuan berpikirnya.
Asumsi yang kelima bahwa pelajar dan perawat menemukan
kesulitan untuk mengambarkan keahlian mereka berpikir. Sebagian orang
jarang bertanya “bagaimana pelajar dan perawat berpikir”, selalu yang
ditanyakan adalah “apa yang kamu pikirkan”. Berpikir kritis adalah cara
berpikir secara sistematis dan efektif.
Asumsi yang keenam bahwa berpikir kritis dalam keperawatan
merupakan gabungan dari beberapa aktivitas berpikir yang bersatu dalam
konteks situasi dimana berpikir dituangkan. Berpikir kritis dalam
keperawatan adalah campuran dari beberapa aktifitas berpikir yang
berhubungan dengan konteks dan situasi dimana proses berpikir itu
terjadi.
Total Recall (T)
Total Recall berarti mengingat fakta atau mengingat dimana dan
bagaimana untuk mendapatkan fakta/data ketika diperlukan. Data
keperawatan bisa dikumpulkan dari banyak sumber, yaitu pembelajaran di
dalam kelas, informasi dari buku, segala sesuatu yang perawat peroleh
dari klien atau orang lain, data klien dikumpulkan dari perasaan klien,
instrument (darah, urine, feses, dll), dsb.
Total recall juga membutuhkan kemampuan untuk mengakses
pengetahuan, dengan adanya pengetahuan akan menjadikan sesuatu
dipelajari dan dipertahankan dalam pikiran. Masing-masing individu
mempunyai pengetahuan yang berbeda-beda dalam pikiran mereka. Ada
sekelompok yang mempunyai pengetahuan sangat luas dan ada yang
sebaliknya. Keperawatan diawali dengan pengetahuan yang minimal tetapi
kemudian secara pesat meluas seiring dengan adanya sekolah-sekolah
keperawatan.
Contoh pertanyaan Total Recall:- Berapa nomor telepon STIKIM?
- Dimana alamat STIKIM?
- Berapa Hemoglobin Tn A 2 jam post operasi?
- Berapa Trombosit Tn. B dengan DHF?
Yang perlu dipelajari :
- Bagaimana menjawab pertanyaan tersebut dengan tepat dan cepat?
- Bagaimana data tersebut dapat kita ungkapkan setiap saat?
- Berapa banyak data yang bisa kita simpan?
- Bagaimana rumus/kunci menghafal untuk meningkatkan memori?
Habit/Kebiasaan (H)
Habits merupakan pendekatan berpikir ditinjau dari tindakan
yang diulang berkali-kali sehingga menjadi kebiasaan yang alami. Mereka
menerima apa yang mereka kerjakan menghemat waktu dan mudah untuk
dilakukan. Manusia selalu menggambarkan sesuatu yang mereka kerjakan
sebagai kebiasaan seperti “saya mengerjakan sesuatu di luar pikiran”.
Hal ini bukan kebiasaan dalam keperawatan karena tindakan yang dilakukan
tidak menggunakan proses berpikir. Hal ini terjadi jika proses berpikir
sudah berakar dalam diri mereka dalam melihat sesuatu atau kemungkinan
yang terjadi, di bawah sadar.
Habits mengikuti sesuatu yang dikerjakan diluar metode baru
setiap waktu. Contoh : pernahkah kita mengendarai kendaraan dan apakah
pernah kita ingat pepohonan yang pernah kita lewati? Yang kita pikirkan
dan harapkan adalah supaya kita terhindar dari kecelakaan.
Cardipulmonary Resuscitation (CPR) adalah suatu kebiasaan yang
sangat penting dalam keperawatan. Ketika seseorang menjelang ajal,
sebuah solusi yang cepat yang dibutuhkan disini adalah melakukan pijat
jantung (CPR), memberikan injeksi, mempertahankan suhu tubuh, memasang
kateter, dan aktivitas lainnya. Hal tersebut merupakan suatu kebiasaan
yang alami terjadi dan dilakukan oleh perawat.
Yang perlu dipelajari :- Bagaimana sesuatu menjadi sesuatu kebiasaan?
- Mengapa suatu aktivitas berguna?
- Cara apa yang terbaik untuk mengembangkan kebiasaan?
Inquiry/Penyelidikan/menanyakan keterangan (I)
Inquiry merupakan latihan mempelajari suatu masalah secara
mendalam dan mengajukan pertanyaan yang mendekati kenyataan. Jika kita
berada di tingkat pertanyaan ini dalam situasi social, kita akan disebut
“Mendesak”. Hal ini meliputi penggalian data dan pertanyaan, khususnya
pendapat dalam situasi tertentu. Ini berarti tidak menilai dari raut
wajah, mencari factor-faktor yang menyebabkan, keragu-raguan pada kesan
pertama, dan mengecek segalanya, tidak ada masalah bagaimana
memperlihatkan ketidaksesuaian.
Inquiry merupakan kebutuhan primer dalam berpikir yang
digunakan untuk menyimpulkan sesuatu. Kesimpulan tidak dapat diambil
jika tanpa inquiry, tetapi kesimpulan akan lebih akurat jika menggunakan
inquiry.
Inquiry bisa diwujudkan melalui :- Melihat sesuatu (menerima informasi)
- Mendapatkan kesimpulan awal
- Mengakui keterbatasan pengetahuan yang dimiliki
- Mengumpulkan data atau informasi mendekati masalah utama
- Membandingkan informasi baru dengan yang sudah diketahui
- Menggunakan pertanyaan netral
- Menemukan satu atau lebih kesimpulan
- Memvalidasi kesimpulan utama dan alternative untuk mendapatkan informasi lebih banyak lagi.
Pukul 3 pagi, perawat melihat lampu kamar Tn. X masih menyala.
Kemudian perawat mendekati pasien dan menanyakan “Selamat pagi Tn.X,
saya melihat lampu kamar anda masih menyala, apa yang anda lakukan? ada
yang bisa saya bantu?” Tn. X tersenyum dan menjawab “saya baik-baik
saja.” Perawat mengobservasi dan menemukan tissue di lantai dan melihat
bahwa mata Tn.X merah dan bengkak.
Dari kasus tersebut bisa kita dapatkan kesimpulan sementara (sedikitnya 4 kesimpulan), yaitu :- Klien baik-baik saja, memang normal klien bangun pada jam tersebut dan mata klien merah mungkin karena klien menggosok matanya akibat alergi
- Klien baik-baik saja tetapi tidak bisa tidur siang sebentar karena rasa bosan. Sehingga mata terlihat merah dan bengkak
- Klien tidak dalam keadaan baik tetapi tidak ingin berbicara kepada siapapun tentang masalahnya
- Klien dalam keadaan tidak baik tetapi tidak tahu bagaimana untuk minta bantuan kepada orang lain
Disini peran perawat adalah memvalidasi : “Anda bicara kalau anda
baik-baik saja, tetapi saya melihat mata anda merah dan bengkak”
Kemudian bandingkan dengan informasi yang diperoleh teman kita. Yang
perlu dipelajari :
Apakah kita mendapat jawaban yang sebenarnya dari pertanyaan kita?
Kapan kita membandingkan jawaban yang kita peroleh dengan jawaban teman
kita apakah ada perbedaan?
New Ideas and Creativity (N)
Ide baru dan kreativitas terdiri dari model berpikir unik dan
bervariasi yang khusus bagi individu. Kekhususan dalam berpikir ini akan
selalu dibawa individu selama hidupnya dan biasanya membentuk kembali
norma. Seperti Inquiry, model ini membawa kita sesuai ide dari
literature. Berpikir kreatif merupakan kebalikan dan akhir dari Habits
Model (kebiasaan). Dari kalimat “melakukan sesuatu seperti biasanya”
menjadi “Mari mencoba cara baru”. Berpikir kreatif tidak untuk menjadi
pengecut, tetapi salah satu kadang-kadang akan terlihat bodoh dan tidak
sesuai dengan ketentuan yang ada. Pemikir kreatif menghargai kesalahan
yang mereka lakukan untuk mempelajari nilai.
Ide baru dan kreativitas sangat penting dalam keperawatan karena
merupakan dasar dalam merawat pelanggan atau klien. Banyak hal yang
harus dipelajari perawat untuk menjadi cocok, terpadu, dan bekerja
menyesuaikan keunikan klien. Perawat mempunyai standart pendekatan untuk
menghemat waktu perawatan dan secara keseluruhan bekerja dengan baik,
tetapi cara kerja perawat berbeda satu sama lain. Contoh : Yudi yang
tinggal di rumah perawatan menghabiskan sisa harinya di atas kursi roda,
keluar-masuk ke ruangan yang sama tiap harinya. Dia tidak pernah
berkata kepada seorangpun meskipun perawat mengulangi kata-kata yang
sama dan sudah memahami cara berkomunikasi.
Ketika dalam komunikasi kita berpikir, kebanyakan orang berpikiran
bahwa berbicara kepada orang lain merupakan cara standar untuk
membesarkan hati melalui komunikasi. Jadi hal tersebut yang sebagian
perawat lakukan, kecuali Ella (contoh). Suatu hari Ella berlutut di
depan kursi roda Yudi dan merangkulnya. Memandang Yudi dan dengan senyum
yang lebar mengajaknya bernyanyi. Apa yang terjadi? Yudi menyanyi.
Tidak hanya menyanyi tetapi juga mempunyai suara seperti penyanyi bangsa
Irlandia.
Sekarang apa yang dapat kita pikirkan dari cerita tersebut?
Kebanyakan perawat memahami komunikasi terapeutik yang mereka pelajari
dari buku. Pendekatan verbal untuk komunikasi terapeutik bisa dilakukan
dengan kebanyakan klien. Ella, meskipun mengembangkan komunikasi dengan
cara sentuhan dan menyanyi hal tersebut kreativitas yang dimiliki yang
tidak disebutkan dalam literature.
Yang perlu dipelajari :- Bagaimana perasaan anda jika mempunyai ide baru atau kreativitas baru?
- Berapa lama dalam sehari anda berkreativitas?
- Berapa lama dalam seminggu?
- Apa yang membuat berbahaya dari bertindak kreatif?
Knowing How You Think/Mengetahui apa yang kamu fikirkan? (K)
Knowing How You Think merupakan yang terakhir tetapi bukannya
yang paling tidak dihiraukan dari model T.H.I.N.K. yang berarti berpikir
tentang apa yang kita pikirkan. Berpikir tentang berpikir disebut “metacognition”. Meta berarti “diantara atau pertengahan” dan cognition berarti “Proses mengetahui”. Jika kita berada di antara proses mengetahui, kita akan dapat mengetahui bagaimana kita berpikir.
Yang perlu dipelajari :- Apakah hal ini sulit dilakukan? (untuk semua orang)
- Mengapa hal ini sulit untuk dikerjakan?
- Satu alasan mengapa hal ini sulit dilakukan adalah karena ada kosakata special dari akhir analisis yang perlu menggambarkan BAGAIMANA berpikir.
- D. Metode Berfikir Kritis:
- Debate : metode yang digunakan untuk mencari, membantu, dan merupakan keputusan yang beralasan bagi seseorang atau kelompok dimana dalam proses terjadi perdebatan atau argumentasi
- Individual decision : Individu dapat berdebat dengan dirinya sendiri dalam proses mengambil keputusan
- Group discussion : sekelompok orang memperbincangkan suatu masalah dan masing-masing mengemukakan pendapatnya.
- Persuasi : komunikasi yang berhubungan dengan mempengaruhi perbuatan, keyajinan, sikap, dan nilai-nilai orang lain melalui berbagai alas an, argument, atau bujukan. Debat dan iklan adalah dua bentuk persuasi
- Propaganda : komunikasi dengan menggunakan berbagai media yang sengaja dipersiapkan untuk mempengaruhi massa pendengar
- Coercion : mengancam atau menggunakan kekuatan dalam berkomunikasi untuk memaksakan suatu kehendak
- Kombinasi beberapa metode
Berbagai elemen yang digunakan dalam penelitian dan komponen,
pemecahan masalah, keperawatan serta kriteria yang digunakan dengan
komponen keterampilan dan sikap berpikir kritis.
Elemen berpikir kritis antara lain:- Menentukan tujuan
- Menyususn pertanyaan atau membuat kerangka masalah
- Menujukan bukti
- Menganalisis konsep
- Asumsi
Perspektif yang digunakan selanjutnya keterlibatan dan kesesuaian Kriteria elemen terdiri dari kejelasan, ketepatan, ketelitan dan keterkaitan.
Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan
dari beberapa perilaku selama proses berpikir kritis itu berlangsung.
Perilaku berpikir kritis seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek:
Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru maupun dalam sikap menerima adanya ide-ide orang lain.
Menggunakan pengalamanya sendiri atau bahan-bahan yang diterimanya dari perkuliahan
Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada ketidak jelasan
Senantiasa menghubungkan fakta, ide atau pandangan serta mencari data baru dari informasi yang berhasil dikumpulkan.
Memberi bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi
atau kesimpulan yang diambilnya. Termasuk didalamnya senantiasa
memberikan penjelasan mengenai keuntungan dan kerungian dari suatu
situasi atau solusi.
Berikut ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam keperawatan adalah sebagai berikut :
- Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-hari.
- Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan.
- Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
- Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab dan tujuan, serta tingkat hubungan.
- Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang dilakukan.
- Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
- Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan.
- Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.
- Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas keperawatan.
- Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan yang dilakukan.
- Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan.
- Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai-nilai keputusan.
- Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan keperawatan.
H. Pemecahan Masalah Dalam Berfikir Kritis
Pemecahan masalah termasuk dalam langkah proses pengambilan
keputusan, yang difokuskan untuk mencoba memecahkan masalah secepatnya.
Masalah dapat digambarkan sebagai kesenjangan diantara “apa yang ada dan apa yang seharusnya ada”.
Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang efektif diprediksi
bahwa individu harus memiliki kemampuan berfikir kritis dan
mengembangkan dirinya dengan adanya bimbingan dan role model di lingkungan kerjanya.
- Mengetahui hakekat dari masalah dengan mendefinisikan masalah yang dihadapi.
- Mengumpulkan fakta-fakta dan data yang relevan.
- Mengolah fakta dan data.
- Menentukan beberapa alternatif pemecahan masalah.
- Memilih cara pemecahan dari alternatif yang dipilih.
- Memutuskan tindakan yang akan diambil.
- Evaluasi.
Karakter Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah kunci menuju berkembangnya kreativitas. Ini
dapat diartikan bahwa awal munculnya kreativitas adalah karena secara
kritis kita melihat fenomena-fenomena yang kita lihat dengar dan rasakan
maka akan tampak permasalahan yang kemudian akan menuntut kita untuk
berpikir kreatif. Karakteristik yang berhubungan dengan berpikir kritis,
dijelaskan Beyer (1995: 12-15) secara lengkap dalam buku Critical Thinking, yaitu:
- Watak
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap
skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap
berbagai data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian,
mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap
ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik.
- Kriteria
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria. Untuk sampai
ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau
dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber
pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita akan
menerapkan standarisasi harus berdasarkan kepada relevansi, keakuratan
fakta-fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, bebas dari
logika yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.
- Argumen
Argumen merupakan suatu pernyataan atau proposisi yang dilandasi atau
berdasarkan data-data. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi
hal-hal sepertikegiatan pengenalan, dan penilaian, serta menyusun
argumen.
- Pertimbangan atau pemikiran
Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa
premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara
beberapa pernyataan atau data.
- Sudut pandang
- Prosedur penerapan criteria
Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural.
Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan permasalahan, menentukan
keputusan yang akan diambil.
- Langkah-langkah dalam berpikir kritis
Mengenali masalah (defining and clarifying problem) meliputi
mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok, membandingkan kesamaan
dan perbedaan-perbedaan, memilih informasi yang relevan, merumuskan
masalah.
Menilai informasi yang relevan yang meliputi menyeleksi fakta maupun
opini, mengecek konsistensi, mengidentifikasi asumsi, mengenali
kemungkinan emosi maupun salah penafsiran kalimat, mengenali kemungkina
perbedaan orientasi nilai dan ideologi.Pemecahan masalah atau penarikan kesimpulan yang meliputi mengenali
data-data yang diperlukan dan meramalkan konsekuensi yang mungkin
terjadi dari keputusan/pemecahan masalah/kesimpulan yang diambil.
Makna Berpikir Kritis
Ketika seorang perawat yang dihadapkan dengan klien yang berbeda
budaya, maka perawat professional tetap memberikan asuhan keperawatan
yang tinggi, demi terpenuhinya kebutuhan dasar klien tersebut. Perawat
professional akan berfikir kritis dalam menangani hal tersebut. Tuntutan
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk
tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin
besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar
Negara (imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap
tuntutan asuhan keperawatan.
Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan
keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan
kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan
dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat
menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan
beberapa mengalami disorientasi.
Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang
mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau Negara diperbolehkan
seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau
menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri
hanya dengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap
tidak sopan, maka ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau
berteriak, maka perawat akan memintanya untuk bersuara pelan-pelan, atau
memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena dianggap telah
mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini
akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang
diberikan.
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan
budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang
perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat
dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan
tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Untuk memahami perbedaan budaya yang ada maka perawat perlu berpikir
secara kritis. Dalam berpikir kritis seorang perawat harus bisa
menyeleksi kebudayaan mana yang sesuai dengan kesehatan atau yang tidak
menyimpang dari kesehatan. Jika perawat dapat memahami perbedaan budaya
maka akan bisa meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dari perawat.
Budaya shock adalah kecemasan dan perasaan (dari kejutan,
disorientasi, ketidakpastian, kebingungan, dll) merasa ketika orang
harus beroperasi dalam budaya yang berbeda dan tidak dikenal seperti
satu mungkin terjadi di negara asing. Ini tumbuh dari kesulitan dalam
asimilasi budaya baru, menyebabkan kesulitan dalam mengetahui apa yang
sesuai dan apa yang tidak. Hal ini sering digabungkan dengan atau bahkan
tidak suka untuk jijik (moral atau estetika) dengan aspek-aspek
tertentu dari kebudayaan baru atau berbeda.
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial
untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek
kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam
pendidikan sejak 1942. Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah
memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan
tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan,
mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran-merupakan bentuk
berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah,
merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat
keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif
dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi-mempertimbangkan
kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa faktor
pendukung untuk membuat keputusan. Berpikir kritis juga biasa disebut
directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan
dituju. Pendapat senada dikemukakan Anggelo (1995: 6), berpikir kritis
adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang
meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan
pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.
Penekanan kepada proses dan tahapan berpikir dilontarkan pula oleh
Scriven, berpikir kritis yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh
dengan keterampilan dalam membuat pengertian atau konsep,
mengaplikasikan, menganalisis, membuat sistesis, dan mengevaluasi. Semua
kegiatan tersebut berdasarkan hasil observasi, pengalaman, pemikiran,
pertimbangan, dan komunikasi, yang akan membimbing dalam menentukan
sikap dan tindakan (Walker, 2001: 1). Pernyataan tersebut ditegaskan
kembali oleh Angelo (1995: 6), bahwa berpikir kritis harus memenuhi
karakteristik kegiatan berpikir yang meliputi : analisis, sintesis,
pengenalan masalah dan pemecahannya, kesimpulan, dan penilaian.
Matindas Juga mengungkapkan bahwa banyak orang yang tidak terlalu
membedakan antara berpikir kritis dan berpikir logis padahal ada
perbedaan besar antara keduanya yakni bahwa berpikir kritis dilakukan
untuk membuat keputusan sedangkan berpikir logis hanya dibutuhkan untuk
membuat kesimpulan. Pemikiran kritis menyangkut pula pemikiran logis
yang diteruskan dengan pengambilan keputusan. Dari pendapat-pendapat di
atas dapat dikatakan bahwa berpikir kritis itu melipuri dua langkah
besar yakni melakukan proses berpikir nalar (reasoning) yang diikuti
dengan pengambilan keputusan/ pemecahan masalah (deciding/problem
solving). Dengan demikian dapat pula diartikan bahwa tanpa kemampuan
yang memadai dalam hal berpikir nalar (deduktif, induktif dan
reflektif), seseorang tidak dapat melakukan proses berpikir kritis
secara benar. Ada empat hal pokok dalam penerapan berfikir kritis dalam keperawatan, yaitu :
- Penggunaan bahasa dalam keperawatan
Perawat menggunakan bahasa secara verbal maupun nonverbal dalam
mengekspresikan idea, pikiran, informasi, fakta, perasan, keyakinan, dan
sikapnya terhadap klien, sesama perawat, profesi lain ataupun secara
nonverbal pada saat melakukan pendokumentasian keperawatan. Dalam hal
ini berfikir kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara reflektif
Lima macam penggunaan bahasa dalam konteks berfikir kritis :1) Memberikan informasi yang dapat diklarifikasi (informative use of language)
2) Mengekspresikan perasaan dan sikap (expressive use of language)
3) Melaksanakan perencanan keperawatan atau ide-ide dalam tindakan keperawatan (directive use of language)
4) Mengajukan pertanyaan dalam rangka mencari informasi, mengekspresikan keraguan dan keheranan (interrogative use of language)
5) Mengekspresikan pengandaian (conditional use of language)
- Argumentasi dalam keperawatan
Badman (1988) mengemukakan beberapa pengertian argumentasi terkait
dengan konsep berfikir dalam keperawatan adalah sebagai berikut :
1) Berhubungan dengan situasi perdebatan atau pertengkaran (dalam bahasa sehari-hari)
2) Debat tentang suatu isu
3) Upaya untuk mempengaruhi individu atau kelompok untuk berbuat suatu dalam rangka merubah perilaku sehat
4) Berhubungan dengan bentuk penjelasan yang rasional dimana memerlukan serangkaian alas an perlunya suatu keyakinan dan pengambilan keputusan atau tindakan.
- Pengambilan keputusan
Dalam praktek keperawatan sehari-hari, perawat selalu dihadapkan pada
situasi dimana harus mengambil keputusan dengan tepat. Hal ini dapat
terjadi dalam interaksi teman sejawat profesi lain dan terutama dalam
penyelesaian masalah manajemen di ruangan.
- Penerapan dalam proses keperawatan
- Pada tahap pengkajian
Perawat dituntut untuk dapat mengumpulkan data dan memvalidasinya
dengan hasil observasi. Perawat harus melaksanakan observasi yang dapat
dipercaya dan membedakannya dari data yang tidak sesuai. Hal ini
merupakan keterampilan dasar berfikir kritis. Lebih jauh perawat
diharapakan dapat mengelola dan mengkategorikan data yang sesuai dan
diperlukan. Untuk memiliki keterampilan ini, perawat harus memiliki
kemampuan dalam mensintesa dan menggunakan ilmu-ilmu seperti biomedik,
ilmu dasar keperawatan, ilmu perilaku, dan ilmu sosial
- Perumusan diagnosa keperawatan
Tahap ini adalah tahap pengambilan keputusan yang paling kritikal.
Dimana perawat dapat menentukan masalah yang benar-benar dirasakan
klien, berikut argumentasinya secara rasional. Semakin perawat terlatih
untuk berfikir kritis, maka ia akan semakin tajam dalam menentukan
masalah atau diagnose keperawatan klien, baik diagnose keperawatan yang
sifatnya possible, resiko, ataupun actual. Berfikir kritis memerlukan
konseptualisasi dan ketrampilan ini sangat penting dalam perumusan
diagnose, karena taksonomi diagnose keperawatan pada dasarnya adalah
suatu konsep (NANDA, 1998).
- Perencanaan keperawatan
Pada saat merumuskan rencana keperawatan, perawat menggunakan
pengetahuan dan alas an untuk mengembangkan hasil yang diharapkan untuk
mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan. Hal ini merupakan
keterampilan lain dalam berfikir kritis, pemecahan masalah atau
pengambilan keputusan. Untuk hal ini dibutuhkan kemampuan perawat dalam
mensintesa ilmu-ilmu yang dimiliki baik psikologi, fisiologi, dan
sosiologi, untuk dapat memilih tindakan keperawatan yang tepat berikut
alasannya. Kemudian diperlukan pula keterampilan dalam membuat hipotesa
bahwa tindakan keperawatan yang dipilih akan memecahkan masalah klien
dan dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan
- Pelaksanaan keperawatan
Pada tahap ini perawat menerapkan ilmu yang dimiliki terhadap
situasi nyata yang dialami klien. Dalam metode berfikir ilmiah,
pelaksanaan tindakan keperawatan adalah keterampilan dalam menguji
hipotesa. Oleh karena itu pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan
suatu tindakan nyata yang dapat menentukan apakah perawat dapat berhasil
mencapai tujuan atau tidak.
Pada tahap ini perawat mengkaji sejauh mana efektifitas tindakan yang
telah dilakukan sehingga dapat mencapai tujuan, yaitu terpenuhinya
kebutuhan dasar kien. Pada proses evaluasi, standar dan prosedur
berfikir kritis sangat memegang peranan penting karena pada fase ini
perawat harus dapat mengambil keputusan apakah semua kebutuhan dasar
klien terpenuhi, apakah diperlukan tindakan modifikasi untuk memecahkan
masalah klien, atau bahkan harus mengulang penilaian terhadap tahap
perumusan diagnose keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam penerapan pembelajaran berpikir kritis di pendidikan keperawatan, dapat digunakan tiga model, yaitu : feeling, model, vision model, dan examine model yaitu sebagai berikut :
Model ini menekankan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang
ditemukan. Pemikir kritis mencoba mengedepankan perasaan dalam melakukan
pengamatan, kepekaan dalam melakukan aktifitas keperawatan, dan
perhatian. Misalnya terhadap aktifitas dalam pemeriksaan tanda vital,
perawat merasakan gejala, petunjuk, dan perhatian kepada pernyataan
serta pikiran klien.
Model ini digunakan untuk merefleksi ide, pengertian, dan visi.
Perawat menguji ide dengan bantuan kriteria yang relevan. Model ini
digunakan untuk mencari peran yang tepat untuk analisis, mencari,
menguji, melihat, konfirmasi, kolaborasi, menjelaskan, dan menentukan
sesuatu yang berkaitan dengan ide. Ada empat bentuk alasan berpikir kritis yaitu : deduktif, induktif,
aktivitas informal, aktivitas tiap hari, dan praktek. Untuk menjelaskan
lebih mendalam tentang defenisi tersebut, alasan berpikir kritis adalah
untuk menganalisis penggunaan bahasa, perumusan masalah, penjelasan dan
ketegasan asumsi, kuatnya bukti-bukti, menilai kesimpulan, membedakan
antara baik dan buruknya argumen serta mencari kebenaran fakta dan nilai
dari hasil yang diyakini benar serta tindakan yang dilakukan.
Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting
bagi berpikir kritis adalah berpikir dengan tujuan dan mengarah ke
sasaran yang membantu individu membuat penilaian berdasarkan kata bukan
pikiran.
Berpikir kritis dalam keperawatan adalah komersial untuk keperawatan
profesional karena cara berpikir ini terdiri atas pendekatan holistik
untuk pemecahan masalah.
Untuk memahami secara keseluruhan berpikir kritis dalam keperawatan
kita harus mengembangkan pikiran secara rasional dan cermat, agar dalam
berpikir kita dapat mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
Serta menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi,
penyebab, tujuan, dan tingkat hubungan dalam keperawatan. Sehingga saat
berpikir kritis dalam keperawatan pasien akan merasa lebih nyaman dan
tidak merasa terganggu dengan tindakan perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Aldova, E, Hauser, O. And Postupa, R.1953.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar